Assalamualaikum

Welcome in Hisi3pa 2

Selasa, 10 Juli 2012

Memory of HISI3PA 2 (story)


13 juli 2008, hari pertama masuk sekolah setelah kenaikan kelas. Hari ini Sherly menyambut hari dengan sangat gembira. Dia keluar rumah dengan senyum sumringah di wajahnya, dia udah nggak sabar ingin segera kembali ke sekolah karena udah kangen banget sama teman-temannya. 20 menit kemudian, dia sampai ke sekolah. Dia bertemu dengan teman-temannya yang dirindukannya. Baginya 1 minggu libur rasanya seperti sebulan, tapi 1 hari bertemu mereka rasanya seperti tlah bertemu selama seminggu. Di kelas yang diberi nama HISI3PA 2 ini dia bersama teman-temannya berbagi pengalaman dan canda tawa serta semangat untuk sama-sama menggapai mimpi dan asa. HISI3PA 2 ini bukan tanpa arti, HISI3PA 2 itu adalah singkatan dari HImpunan SIswa 3 IPA 2. Hari ini pembagian tempat duduk di mulai, dan Sherly kebetulan udah punya tempat duduk yang dicarikan oleh temannya bernama Risti. Mereka janji duduk bareng, tapi ternyata Guru Wali Kelasnya meminta mereka untuk duduk bertiga, sehingga terjadi perpecahan formasi. Setelah masing-masing mendapatkan tempat duduknya, ternyata kebijakan itu dirubah lagi sehingga membuat seisi kelas itu sangat ribut. Dan karena nggak ada yang mau duduk di depan pada line 2, satu masalah terjadi. Natasya yang berada di luar, kontan masuk ke dalam sambil bentak-bentak siapa yang seharusnya duduk di depan tapi nggak mau. Nggak terima dibentak karena memang dia yang nggak mau duduk di depan, Sherly angkat tangan dan adu mulut terjadi. Adu mulut itu nggak berlangsung lama, karena siswa yang lain memisahkan mereka dan membawa Natasya keluar dari kelas, sementara Sherly tetap berada di dalam. Entah apa yang mereka lakukan di luar sana yang jelas Sherly sekarang sedang kesal. Karena dia berharap bisa bahagia dengan bertemu teman-teman yang dirindukannya, tapi hasilnya malah berantakan semua mimpi yang diharapkannya terjadi setelah 1 minggu libur itu.
**
Di kelas, siswa yang lain masih pada ribut. Ada yang ngegosip sama genknya, ada yang cuma diam nulis-nulis, ada yang ketawa sambil bercanda bareng teman-temannya. Maklumlah inikan hari pertama masuk sekolah setelah libur. Begitu juga dengan Sherly yang masih kesal sama ulahnya Natasya.
“Udah deh Sher, nggak usah dipikirin dia emang kayak gitu kok!” kata Tania berusaha menenangkan.
“Bukan gitu, tapi aku kesal dia seenaknya ngatur kelas, emangnya ini kelas punya dia” jawabnya kesal. Lagi-lagi Sherly mendapatkan perlakuan nggak adil dari Natasya.
“Udah deh, mendingan kita ngebahas soal lain aja! Dari pada ngurusin Natasya, pusing tau nggak? Nggak penting juga kan?” seru Icha seraya bertanya. Dan yang lain hanya memberikannya jawaban dengan menganggukkan kepala, termasuk Sherly. Kemudian mereka bercanda dan melepas kangen dengan sesuatu yang menyenangkan tanpa peduli lagi dengan Natasya.
***
Sherly memang gadis yang punya latar belakang keluarga yang nggak harmonis. Setiap hari orang tuanya selalu bertengkar. Kadang ada perasaan dalam dirinya untuk pergi dari rumah, tapi kemudian hati kecilnya berkata “Sherly, kamu masih punya masa depan yang cerah, meskipun kamu masih berada di rumah ini. Bersabarlah! Sebentar lagi kamu akan dapatkan kebebasan yang kamu inginkan.” Tapi terkadang tetap saja rasa itu datang menghampirinya! Seperti yang sedang terjadi hari ini, orang tuanya bertengkar lagi. Sherly berangkat ke sekolah dengan perasaan sedih. Sesampainya di sekolah.
“Sher, kamu udah ngerjain Tugas Agama belum?” Tanya Syanti.
“Tugas Agama” dia diam sebentar kemudian melanjutkan seraya balik bertanya “udah kok, kenapa?”
“Pinjam dong, soalnya aku belum selesai!” jawab Syanti.
“Ya udah! Ini bukunya, tapi jangan lupa kembalikan sama aku kalau udah selesai” kata Sherly mengingatkan.
“Beres” jawab Syanti singkat kemudian kembali ke tempat duduknya seraya menyalin jawaban yang diberikan Sherly.
**
Jam istirahat sudah tiba, tapi Sherly tetap tinggal di kelas. Hari ini dia nggak ikutan gabung sama teman yang lain seperti yang sering dilakukannya. Dia memang dikenal lebih sering menyendiri, kadang-kadang teman-temannya menyebutnya orang yang aneh. Tapi dia nggak pernah peduli sama semua ucapan mereka, karena baginya semua perlakuan teman-temannya hanyalah iseng belaka, khas kelakuan anak SMA. Itu karena dia menganggap mereka sebagai keluarganya.
“Hey! Jangan ngelamun aja, ntar kesambet lho!” sapa Excel sambil lalu yang berhasil membuyarkan lamunannya.
“Aku nggak melamun kok!” jawabnya seraya tersenyum.
Jam pelajaran berikutnya dimulai. Suasana seperti biasanya, bising. Maklumlah kelas ini adalah salah satu kelas paling bising di sekolah, jadi semua guru udah bisa memakluminya. Pak Miko, guru mata pelajaran Biologi sedang membagikan tugas untuk masing-masing kelompok. Semua siswa sedang serius mengerjakan tugas, sampai akhirnya tiba waktunya untuk membahas tugas tersebut. Ini adalah waktu yang paling ditunggu-tunggu oleh semua siswa HISI3PA 2. Satu persatu kelompok mengemukakan pendapat mereka, dan masing-masing kelompok mengemukakan bantahannya. Ini memang menjadi moment yang asyik buat bercanda sekaligus adu prestasi, meski nggak jarang masalah ini berlanjut sampai jam pelajaran berikutnya. Seperti yang sedang dibahas sama genk Vita cs berikut ini.
“Eh, tau nggak, padahal jawaban yang dibilang sama Natasya cs itu nggak sepenuhnya bener, tapi karena dianya aja yang pinter ngomong, makanya pak Miko jadi respect sama mereka!” celetuk Ridha.
“Iya, padahal jawaban kita yang bener. Iya nggak Vit?” tambah Aya seraya bertanya pada Vita.
“Iya sih! Tapi mau gimana lagi kalau pak Miko udah ngomong kayak gitu? Apa mau dikata?” jawab Vita dalam pertanyaan.
“Tapi, ya udahlah biarin aja mereka, ntar juga mereka kena batunya!” kata Rika.
“O iya, mendingan kita ke kantin yuk, udah jam istirahatkan?” seru Sya-sya seraya mengajak teman-temannya.
“Iya sih, dari pada mikirin mereka terus, cape deh!” jawab Vita sambil tertawa diikuti teman-teman genknya.
***
Dua minggu kemudian.
Berhubung sudah memasuki bulan agustus. Saatnya lomba-lomba antar kelas untuk menyambut hari kemerdekaan digelar. Maka dari itu seluruh siswa diminta mempersiapkan semuanya dengan teman sekelas masing-masing. Karena akan ada banyak lomba, maka akan ada banyak tim. Waktu persiapan hanya 2 minggu, maka semua siswa harus bergegas supaya kelas mereka bisa memenangkan lomba. Seperti yang sedang dilakukan sama HISI3PA 2. Merekapun membagi beberapa tim untuk lomba. Semua anggota kelas sudah setuju dengan keputusan yang ada. Tapi justru disinilah sebuah masalah besar terjadi.
            Vino sang ketua kelas sedang berdiskusi dengan semua anggotanya.
“Gimana teman-teman, setuju nggak kalau sore ini nggak pulang dulu buat ngerencanain keputusan kita yang kemarin?” Tanya Vino.
“Tapi aku ada acara, gimana Vin?” Tanya Renata.
“Gini ya teman-teman, kita harus bersiap-siap buat lomba 2 minggu mendatang, waktu kita nggak banyak lho!” jelas Amanda.
“Ya udah, mendingan gini aja, siapa yang nggak sibuk tetap tinggal di sini dan yang sibuk boleh pulang gimana?” tambah Vino.
“Aku setuju” kata Natasya disertai anggukan teman-temannya.
“Kalau aku setuju aja sih, apapun buat kelas yang penting masih masuk akal. Aku setuju!” kata Sherly, kali ini disertai oleh anggukan seluruh anggota HISI3PA 2.
**
            Sore harinya, mereka berkumpul di dalam kelas. Mereka masih sibuk sendiri dengan genk masing-masing sampai akhirnya Vino angkat bicara untuk memulai diskusi.
“Jadi gimana? Ada usul?” Tanyanya.
“O iya gimana sama uang buat beli peralatan?” Tanya Rizky.
“Soal itu iuran kita Rp. 10.000,- buat beli peralatan.” Jawab Rika.
“Kalau gitu semua yang akan dibeli udah ada rinciannya?” Tanya Icha.
“Kan udah kemarin waktu diskusi kelompok.” Jawab Amanda.
“Trus yang bertugas belanja siapa?” Tanya Natasya.
“Ok, gimana kalau sekarang aja kita menentukannya sekalian mengulang kelompok?” tanya Vino pada semuanya.
“OK” jawab jawab semuanya serentak.
“Untuk yang pertama, lomba nyanyi : Vino sama Syifa. Trus, untuk tarik tambang : Tika, Rena, Amanda, Wina, Natasya dan Alexa. Untuk balap karung : aku sendiri sama Reza. Untuk futsal dan tarik tambang putra : Vicky, Excel, Rava, Reza, Arya sama Dicky. Untuk Volly putra : Vino, Rava, Dicky, Reza sama Arya. Untuk volly putri : Tika, Wina, Amanda, Alexa, Syifa dan Natasya. Semua udah setuju kan?” tanya Rika setelah menyebutkan semua tim yang akan diturunkan. Semua menggangguk tanda setuju. Kemudian Rika melanjutkan, “O iya ada yang ketinggalan satu, untuk fashion show,Vita sama Vino.”
“Maaf, tapi aku nggak bisa, aku tergabung dalam paskibraka upacara 17 agustus nanti jadi aku harus latihan sama mereka, karenanya nggak bisa ikut.” Jawab Vino dengan nada penyesalan seraya meminta maaf.
“Ok, itu nanti aja kita pikirkan, buat perlengkapan aku sendiri sama Sherly. O iya, Sherly kan nggak punya motor, jadi kita ganti sama Silvia dan Renata. Gimana semua setuju kan?” kata Rika seraya bertanya.
“Kita sih setuju aja!” jawab Natasya.
“Kamu sendiri gimana Sher? Kamu setuju sama keputusan ini.” tanya Amanda.
“Aku kan udah bilang, apapun yang terbaik buat kelas aku pasti setuju.” Jawab Sherly sambil tersenyum dan disertai anggukan setuju dari semua anggota HISI3PA 2 lainnya.
“Ok, kalau gitu mulai besok sampai 2 hari ke depan kita akan membayar iuran sama Vita.” kata Rika kemudian.
“OK” jawab semuanya serentak.
“Kalau gitu semua boleh pulang karena diskusi kita selesai, untuk yang berbelanja kita lanjutkan diskusi setelah uang terkumpul. Terima kasih buat waktunya.” Kata Vino.
“Sama-sama” jawab semuanya, kemudian mereka pulang.
***
Tiga hari kemudian.
Semua uang iuran sudah terkumpul. Kebetulan, hari ini guru mata pelajaran fisika sedang ada urusan jadi tidak bisa mengajar. Waktu ini dimanfaatkan oleh semua anggota HISI3PA 2 untuk mendiskusikan rencana mereka.
“O iya teman-teman, gimana nih? Uangnya sudah terkumpul semua, siapa yang akan membeli perlengkapan?” Tanya Vino pada mereka semua.
Rika maju ke depan dan menyatakan kalau dia bersedia untuk berbelanja karena besok hari minggu, dan dia memang mau jalan-jalan sama cowoknya. Jadi sekalian “katanya”.
“Gimana kalau aku aja? Kebetulan besok aku mau jalan-jalan sama cowok aku, jadi sekalian aja aku yang beli?” tawar Rika.
“Ya udah. Gimana semuanya? Setuju nggak?” Tanya Vino lagi.
“Ya udah deh! Yang penting cepat belinya supaya kita juga bisa cepat kerjanya.” Jawab Amanda.
“Ya, kita juga setuju. Ya kan teman-teman?” tambah Natasya seraya bertanya pada yang lain.
“Ya” jawab semuanya serentak.
**
Pulang sekolah, Rika sama Vita masih tinggal di kelas. Rika meminta uang yang mungkin nggak  seharusnya dia minta dan tanpa sepengetahuan ketua dan anggota HISI3PA 2 yang lain.
“Rika, ini ada uang Rp. 230.000,- kayaknya cukup buat semua yang dibeli besok.” Kata Vita sambil menyerahkan uang.
“O iya, tambahin Rp. 20.000,- dong buat beli bensin.” Jawab Rika.
“Ini uangnya” kata Vita seraya menyerahkan uang yang diminta Rika.
“Ya udah kalau gitu, sampai ketemu hari senin ya?” kata Rika.
“Ya udah” jawab Vita singkat. Kemudian keduanya pulang.
***
Senin pagi.
Rika sudah membawa semua belanjaan yang diperlukan beserta bukti belanja. Tapi ternyata dia membeli semua barang tersebut di Mall sehingga harganya melambung tinggi. Yang lebih mengecewakan adalah dia meminta uang tambahan tanpa sepengetahuan siapapun. Ini nggak masuk akal, kenapa? Karena dia bilang dia pergi bareng cowoknya trus buat apa minta uang tambahan. Kan dia bilang “sekalian”. Makanya para anggota kelas pada protes, kenapa belinya di Mall nggak di pasar. Dan ini sudah menjadi resiko bagi siapapun yang berbelanja untuk mendapatkan kritikan dari seluruh anggota kelas.
“Hey, kenapa mesti belanja di Mall sih? Kan bisa di pasar.” Kata Natasya dengan nada kesal.
“Nggak tau tuh anak, mana yang dibeli banyak barang yang nggak terlalu penting lagi.” celetuk Tania menimpali.
“Yang kayak gitu di pasar juga ada dan harganya lebih murah pula” tambah Icha.
Sherly yang kebetulan baru datang dan nggak tau apa-apa, dengan barang yang sudah dibeli Rika, malah bingung mendengar ocehan dari teman-temannya. Diapun kemudian bertanya pada Amanda, “Ada apaan sih Da?”
“Itu si Rika beli barang yang nggak penting.” Jawab Amanda.
“Mana belinya di Mall lagi.” Tambah Rena.
“Serius belinya di Mall? Kok bisa?” tanya Sherly kaget seraya menaruh tas di tempat duduknya.
“Kenapa kemarin nggak kamu aja yang beli?” tanya Amanda.
“Kan yang nentuin waktu itu Rika, ya awalnya aku emang dimasukin daftar anggota seksi perlengkapan, tapi kan udah diganti sama Silvia dan Renata. Padahal kalau emang diminta aku akan usahakan, tapi kan aku udah dicoret!” jawab Sherly. Sherly memang selalu jadi anggota anggota seksi perlengkapan, karena rumahnya dia yang memang nggak jauh dari pasar. Tapi kali ini namanya dicoret dari daftar cuma gara-gara dia nggak punya motor. Padahal dia nggak pernah sedikitpun meminta uang tambahan untuk transportasi.
“Iya, tapi kan nggak ngaruh, meskipun kamu bukan anggota seksi perlengkapan.” Kata Amanda.
“Sebenarnya kalau memang diminta, aku mau. Tapi kemarin yang mau kan Rika. Kamu tau sendiri kan? Dia orangnya kaya gimana?” jawab Sherly seraya bertanya.
“Iya juga sih! Sekarang mau gimana? Udah terlanjur juga kan?” kata Natasya dalam pertanyaan.
Sementara mereka lagi asyik ngobrol, kebetulan Vino lewat.
“Vino” panggil Icha.
“Ya, ada apa?” jawab Vino seraya bertanya.
“Jadi gimana? Kapan kita ngerjainnya? Waktu kita nggak banyak lho.” Kata Icha.
“Ya udah, gimana kalau sore ini aja kita ngerjainnya?” usul Amanda. 
“OK” jawab Vino singkat.
*
“O iya, teman-teman. Gimana kalau sore ini kita mulai mengerjakan dekorasi buat lomba kebersihan?” kata Vino memberikan pengumuman seraya bertanya.
“Gimana kalau besok aja? Kayaknya kalau sore ini pasti banyak yang nggak bisa. Lagian bahan buat dekorasi belum dibeli juga kan?” usul Sherly memberi penolakan seraya bertanya.
“Kan bahannya bisa dibeli hari ini habis pulang sekolah!” jawab Amanda.
“Kita kan belum ada yang ijin sama orang tua. Lagian kalau belinya habis pulang sekolah, trus gimana sama yang lain, kan mereka nggak ada kerjaan? Memangnya mau ke pasar semua? Mendingan besok aja, kan semuanya pasti udah siap, jadi nggak buang-buang waktu.” kata Sherly menjelaskan maksudnya.
“Ok, alasan bisa diterima. Gimana teman-teman semua setuju sama usulnya Sherly?” kata Vino pada semua anggota kelas.
“Kalau aku setuju aja, soalnya kan kalau sore ini, kesannya mendadak gitu. Jadi ya bener kata Sherly, besok aja.” Jawab Natasya.
“Trus, yang lain gimana?” tanya Vino lagi.
“Kalau kita sih nurut aja” jawab Tania, disertai anggukan seluruh anggota kelas.
“Ya udah, kalau gitu semua udah sepakat kita dekorasi kelasnya besok. Trus siapa yang beli bahan buat dekorasi?” tanya Vino.
“Sherly” jawab anggota kelas serentak.
“Kok aku sih, aku kan bukan anggota seksi perlengkapan.” Jawab Sherly kaget.
“Gini aja, kamu mau atau nggak?” tanya Vino lagi.
“Kalau semua yang milih, ya udahlah aku mau. Lagian sekalian pulang juga.” Jawab Sherly seraya tersenyum.
“Kalau gitu, semua udah bereskan. Udah nggak ada masalah juga kan?” kata Vino meyakinkan. Semua menggeleng tanda tidak ada masalah.
“Mendingan, sekarang kita duduk yang rapi. Karena guru Matematika kita mau masuk tuh.” kata Vicky dari tempat duduknya seraya menunjuk ke arah pintu.
“Oh iya” jawab Vino, diiringi tawa dari semuanya.
***
Besoknya.
Sore ini semua sudah berkumpul.
“Gimana Sher? Udah beli semuanya?” tanya Vita.
“Udah kok, Cuma ini kan?” jawab Sherly seraya memperlihatkan barang yang dibelinya kemarin.
“Ya, udah lengkap semua kok!” jawab Vita seraya tersenyum dan menganggukkan kepala pada teman-teman yang lain tanda semuanya sudah lengkap.
*
            Merekapun mulai mengerjakan tugas mereka. Ada yang menyapu, membersihkan kaca, mengepel lantai. Ada yang memotong-motong bahan dekorasi dan ada juga yang membuat hiasan kecil untuk dekorasi. Semua dikerjakan berkelompok atau antar genk, sebelum semuanya disatukan dan di pasang untuk mendekorasi kelas. Karena tema HISI3PA 2 kali ini adalah Naturally, maka di halaman dan di dalam kelas dibuat seasri mungkin, dan untuk teras menggunakan konsep lesehan. Jadi sebagian besar dekorasi kelas dibuat berwarna hijau. Dan di ujung ruangan, terdapat sebuah aquarium yang telah berubah menjadi sebuah miniature taman ditengah-tengah hujan salju.
***
Satu minggu kemudian, semua dekorasi kelas hampir selesai. Hanya saja dekorasi halaman yang belum selesai. Vino mengumumkan pada seluruh siswa HISI3PA 2 untuk membawa masing-masing 1 pot tanaman hias, jika tidak membawa akan dikenakan denda sebesar Rp. 10.000,-.
“Teman-teman, untuk menghias halaman kelas. Gimana kalau kita masing-masing membawa  1 pot tanaman hias? Setuju nggak?” Vino memberikan pengumuman.
“Kalau ada yang nggak bisa gimana?” tanya Nia.
“Kalau ada yang nggak bisa bawa, diharuskan membayar Rp. 10.000,- untuk keperluan dekorasi dan keperluan kelas yang belum lengkap.” jawab Vino seraya menjelaskan.
“Ok, kita semua setuju kok.” Jawab Amanda sebagai perwakilan.
“O iya Vin, jangka waktunya berapa hari?” tanya Risti.
“Sediakan dalam 2 hari, kalau dalam waktu yang udah ditentukan ada yang nggak bawa, berarti dia harus membayar sesuai perjanjian.” Jawab Vino lagi, dan mendapat anggukan setuju oleh semuanya.
*
Dua hari kemudian.
Semuanya masing-masing membawa 1 pot tanaman hias, kecuali Vicky, Rava, Reza, Arya, Luffy, Rizky dan Sherly. Mereka semua diwajibkan membayar sesuai perjanjian. Dan tentunya mereka punya alasan sendiri, kenapa nggak membawa tanaman hias tersebut sampai waktu yang ditentukan? Untuk laki-laki mungkin sudah jadi rahasia umum, kalau mereka lebih memilih untuk membayar denda dari pada membawa tanaman hias tersebut. Tapi sebenarnya alasan mereka adalah karena terlalu sibuk dan waktu yang diberikan terlalu singkat. Begitupun dengan Sherly, dia lebih memilih untuk membayar denda dari pada membawa tanaman hias tersebut karena di rumahnya memang tidak ada tanaman hias,  dan untuk menyediakan itu dia tidak punya cukup waktu untuk melakukannya. Diapun mempertimbangkan kesalahan yang pernah dilakukan Rika pada  saat membeli perlengkapan kelas. Kemudian dia memutuskan untuk membayar denda saja, setidaknya bisa menutupi kekurangan uang kas kelas yang akan dipakai untuk membeli kelengkapan kelas yang belum. Tapi kayaknya ada yang tidak puas dengan keputusan yang telah disepakati bersama yaitu tentang denda yang diberikan kepada siapa saja yang tidak membawa tanaman hias sesuai perjanjian. Sehingga menjadi masalah yang menyebabkan keributan, dan masalah ini diperparah dengan kejadian minggu lalu saat membeli perlengkapan. Dan ditambah dengan fakta-fakta atas kejanggalan yang ada.
“Ini nggak adil tau nggak. Kenapa yang nggak membawa tanaman hias cuma membayar Rp. 10.000,- aja, harusnya kan lebih dari itu? Sebenarnya apa susahnya sih bawa tanaman 1 pot aja? Itu kan tugas yang gampang banget.” Celetuk Rika pada siswa HISI3PA 2 yang ada di dalam  kelas. Karena kebetulan mereka yang membayar denda semuanya berada di luar kelas.
“Kalau buat kita sih itu adil banget! Dari pada udah nggak bawa, nggak mau bayar pula, iyakan?” jawab Icha seraya bertanya.
“Iya Icha bener kok, lagian kan uangnya bisa buat nambah uang kas kelas kita.” Tambah Ridha membenarkan.
“Kita kan juga harus menghormati keputusan yang telah kita sepakati bersama.” Kata Alexa menambahkan.
“Kalau kamu emang nggak setuju sama keputusan itu! Kenapa waktu diskusi kemarin kamu bilang setuju dan mengikuti semua keputusan yang ada?” tanya Renata.
“Iya, aku setuju kan gara-gara kalian semua emang banyak yang setuju. Kalau ngikutin votting, pendapat aku kan kalah sama pendapat kalian.” Jawab Rika ketus.
“Jadi, kamu kan udah setuju? Sekarang apa masalahnya? Mereka juga membayar sesuai kesepakatan kita bersama kok.” kata Rena.
“Ya tetep aja itu rasanya nggak adil buat yang bawa bunga. Kalau cuma di suruh membayar, semua juga mau membayar aja dari pada repot-repot bawa tanaman hias.” Jawab Rika sengit.
“Udahlah, ngapain ngebahas itu? Mendingan kita bantu-bantu di luar, dari pada nanti mereka pada dengar apa yang kamu omongin, bakalan jadi masalah nanti.” Seru Tika.
“Biarin aja mereka dengar, biar mereka tau dimana kesalahan mereka!” kata Rika tak peduli.
            Tapi tanpa mereka sadari, ternyata Angel masuk ke dalam kelas untuk mengambil sesuatu dan tanpa sengaja mendengar percakapan mereka. Diapun keluar kelas dan menemui mereka yang berada di belakang kelas dan memberi tahu apa yang sedang terjadi. Dan kebetulan hampir semua siswa yang mereka omongin itu, ada di tempat itu. Mereka yang sudah membayar denda jelas tersinggung dengan perkataan Rika, karena mereka dianggap bersalah dan lari dari tanggung jawab yang seharusnya mereka lakukan. Spontan Rava  marah dong, tapi untung saja teman-teman yang lain berhasil meredamkan emosinya dan menghalanginya untuk masuk ke dalam kelas.
“Va, Rava! Nggak usah masuk, biarin aja dia. Kalau kamu masuk masalah malah tambah parah.” kata Vita mencoba untuk menahannya.
“Iya Va, nanti masalahnya nggak selesai-selesai, trus gimana sama kerjaan kita yang belum selesai.” tambah Sya-sya.
“Tapi, dia itu udah keterlaluan. Kita kan bayar denda, kenapa masih protes sih?” seru Rava kesal seraya bertanya.
“Emangnya dia pikir aku takut, cuma gara-gara dia cewek. Kalau memang ada masalah selesaikan baik-baik, jangan main belakang kayak gini.” Tambahnya.
“Udahlah, dia kan emang slalu mau menang sendiri. Semuanya terserah dia! Iya kan?” kata Vicky seraya bertanya meminta persetujuan.
“Maka dari itu, kita nggak bisa tinggal diam.” jawab Rava sengit.
“Sebenarnya dia itu udah banyak banget buat masalah sama kita,!” kata Sya-sya tiba-tiba, dan sukses mengagetkan mereka yang ada di tempat itu.
“Maksud kamu apa Sya?” tanya Reza, mengawikili pertanyaan semua temannya yang bingung, kecuali Vita.
“Gini loh, waktu minggu lalu dia minta uang buat beli perlengkapan. Dia minta uang tambahan buat  beli bensin “katanya”. Jawab Sya-sya dengan penuh penekanan pada kata terakhirnya.
“Emang bener Vit?” tanya Sherly.
“Iya” jawab Vita singkat.
“Bukannya dia bilang mau pergi bareng cowoknya, kok minta uang tambahan sih. Emangnya mereka pakai motornya Rika apa?” kata Reza heran seraya bertanya sendiri.
“Itu nggak mungkin, emangnya dia minta berapa Vit?” tanya Vino.
“Rp. 20.000,- kan dia yang minta jadi aku kasih.” Jawab Vita.
“Rp. 20.000,- buat beli bensin? Itu nggak masuk akal, banyak banget. Emangnya dia belinya dimana? Aku aja kemarin ambil tanaman pulang-pergi, cuma pake bensin 1 liter nggak abis. Kan  jaraknya kurang lebih tuh, mana dia pergi sama cowoknya pula.” kata Dicky panjang lebar.
“Tuh kan, dia itu emang keterlaluan” kata Rava marah.
“Iya sih. Tapi kita harus ingat sama misi awal kita, jangan biarkan pengorbanan kita ini berbuah kegagalan. Maka dari itu, kita harus lakukan yang terbaik buat kelas. Kita harus menang, jangan sampai membuat kesalahan lagi. Karena itu akan sangat memalukan. Kalian nggak lupa kan, kalau kelas kita itu iurannya paling banyak dari pada kelas tetangga, tapi perlengkapan kita belum lengkap!” kata Vino dengan bijak seraya mengingatkan.
“Ok, ya udahlah. Mendingan kita ngerjain kerjaan kita. Dari pada pusing ngebahas itu.” Kata Rava kemudian.
“Nah, gitu dong. Semangat!” kata Reza diiringi tawa dari semua yang ada di tempat itu.
Kemudian mereka melanjutka pekerjaan mereka yang belum selesai.
***
Lomba-lomba mulai digelar.
Tiba saatnya lomba nyanyi antar kelas digelar. Semua siswa keluar kelas untuk mendukung perwakilannya. Tanpa terkecuali HISI3PA 2, yang bergegas menuju ke lapangan di depan kantor Guru. Tapi sayang semuanya nggak sesuai rencana. Mereka tidak membawa gitar listrik dan karena ini adalah lomba, maka kelas yang lainpun tidak ada yang mau meminjamkannya pada mereka. Tapi mereka tidak kehilangan akal, mereka meminta anggota HISI3PA 2 yang lain untuk ikut mengiringi mereka, meskipun dengan resiko kelas mereka tidak akan menang dalam lomba kali ini. Tapi ternyata, sesuatu yang tidak mereka inginkan terjadi di dalam kelas yang mereka tinggalkan. Karena pada saat mereka kembali, Vita menemukan tasnya dalam terbuka dan setelah diperiksa ternyata uang kas kelas mereka hilang. Mereka dibuat heran karena uang yang hilang itu jumlahnya tidak banyak. Jumlahnya hanya Rp. 15.500,- sedangkan di kelas yang sama sebenarnya terdapat uang yang lebih banyak lagi.
*
Besoknya, semua anggota HISI3PA 2 sibuk membicarakan tentang kejadian aneh tersebut, sampai-sampai ada yang nanya sama orang pintar segala. “Katanya” sich, soal itu nggak usah diributin lagi, uangnya juga udah abis dan yang ngambil masih orang dari kelas yang sama.
“Eh semua” sapa Syifa mengalihkan semua perhatian semua anggota kelas.
“Aku ada petunjuk nih, soal orang yang ngambil sisa uang kas kelas kita yang jumlahnya nggak banyak itu.” Tambahnya.
“Emangnya apa petunjuknya?” tanya Natasya.
“Kemarin, kan aku ngedatangin orang pintar nanya soal hilangnya uang kas itu, eh orang pintarnya bilang ‘masalah itu jangan diributin lagi, soalnya uangnya juga udah abis’, gitu katanya” jawab Syifa.
“Maksud kita itu, petunjuk tentang siapa pelakunya? Bukan masalah uangnya.” Protes Icha.
“Sabar dong, makanya orang ngomong itu didengerin.” Jawab Syifa angkuh.
“Siapa coba yang bisa sabar, kalau ngomongya berbelit-belit gitu? Udah deh langsung aja ke pokok permasalahannya.” Tambah Rika.
“Udah deh, diam dulu. Syifa mendingan kamu to the point aja deh, dari pada bikin kesal yang lain.” Kata Vino berusaha mencairkan suasana yang mulai memanas.
“Ok, kalau gitu! Orang pintarnya bilang, ‘kalau yang ngambil uang kas kelas kita itu ciri-cirinya adalah orangnya tinggi dan rambutnya panjang sampai keluar dari kerudung, dan satu lagi dia satu kelas sama kita.” kata Syifa angkuh.
“Kalau gitu hampir seluruh cewek kelas kita bisa dijadiin tersangka dong.” cerocos Rena.
“Ya, nggak tau sih!” jawab Syifa santai.
“Udah deh, kayaknya itu nggak terlalu penting. Mendingan kita nyiapin buat lomba besok deh. Dari pada nanti kelas kita kalah lagi, hanya karena sesuatu yang nggak penting!” sela Vicky.
“Ok. Lagian uang yang hilang jumlahnya juga nggak terlalu banyak, kayaknya kita masih bisa patungan lagi kalau uangnya memang benar-benar diperlukan. Iya kan?” kata Vino mencoba menghentikan keributan dan mengalihkan mereka untuk tetap fokus pada tujuan mereka, seraya bertanya untuk meminta persetujuan dari yang lain.
“iya” jawab semuanya serentak.
“O iya, besok kita lomba apa sih?” tanya Vino.
“Besok kita lomba Basket sama Volly Putri.” Jawab Amanda.
“Trus, Fashion Show sama Futsal kapan?” tanya Vino lagi.
“Dua-duanya tanggal 16 Agustus.” Jawab Rika.
“Maaf ya, mulai besok aku udah harus latihan bareng yang lain, jadi nggak bisa bantu kalian.” Kata Vino dengan sungkan.
“Udah nggak usah sungkan gitu kali, santai aja!” jawab Vicky.
“Iya Vin, kita kan udah nyiapin  semuanya. Jadi tenang aja, kita pasti bisa menang kok. Iya kan teman-teman?” tambah Natasya seraya bertanya pada yang lain untuk meyakinkan.
“Iya dong, pasti!” jawab Icha disertai anggukan dan tertawa dari teman-teman yang lain. 
**
Besoknya.
Semua kelas sudah siap untuk lomba yang diadakan hari ini. Begitu juga dengan HISI3PA 2. Baik tim yang bertanding maupun tim pendukungnya, semua mulai menuju lapangan. Semua bermain sportif. Sekarang tiba giliran HISI3PA 2 yang berhadapan denga 3 IPS 2 dalam pertandingan Basket. Tim pendukung HISI3PA 2 semua turun ke lapangan untuk mendukung timnya yang bermain, kebetulan tim lawan tanpa pendukung. Tapi suasana mulai memanas saat tim lawan mulai bermain tidak sportif.
“Hey, kalian curang. Harusnya kan wasitnya nggak boleh dong dari 3 IPS juga, meskipun anggota Osis, tapi harusnya kalau main yang sportif dong!” cerocos Rika.
“Iya tuh, mainnya juga nggak bener.” Tambah Natasya.
“Kalian curang banget sich!” seru Angel.
“Iya, curang nih!” tambah yang lain  serentak.
            Suasana semakin memanas sampai akhir pertandingan. Untung emosi mereka dapat sedikit diredamkan, mengingat pertandingan ini bukan lomba terakhir yang harus mereka hadapi. Walaupun kesal karena tim mereka kalah, yang seharusnya jika tim lawan bermain sportif mereka bisa menang, meskipun dengan skor beda tipis.
***
Akhirnya tanggal 16 Agustus tiba.
Hari ini adalah hari terakhir lomba (sebelum penilaian lomba kebersihan antar kelas). Hari ini diadakan lomba Futsal, kemudian dilanjutkan dengan lomba Fashion Show. Sementara tim Futsal sedang bertanding, para siswi HISI3PA 2 sedang mempersiapkan untuk lomba Fashion Show nanti siang. Berhubung siswa laki-laki HISI3PA 2, jumlahnya sangat sedikit dan hampir semua ikut serta dalam tim Futsal. Maka para siswi berusaha mencari akal untuk menutupi kekurangan mereka. Akhirnya mereka menemukan akal, yaitu dengan cara seorang wanita yang harus berperan sebagai laki-laki. Dan orang yang dipilih adalah Amanda, dia dipilih untuk menggantikan Vino. Di sini pun, ternyata mereka masih harus bersabar menghadapi “cobaan” yang diberikan melalui siswa sesama 3 IPA, yaitu 3 IPA 1. Untuk acara Fashion Show ini HISI3PA 2 tlah menyiapkan semuanya dari jauh-jauh hari. Mereka mengambil sosok Tentara dan Perawat untuk tema Pahlawan di lomba Fashion Show kali ini. Dan pada saat yang ditentukan mereka sudah siap dengan semuanya. Tapi ternyata tetangga mereka 3 IPA 1 yang awalnya berencana  untuk mencontoh sosok Pahlawan Wanita Indonesia yaitu Ibu Kartini, tiba-tiba merubah rencana mereka setelah salah satu siswi mereka memasuki kelas HISI3PA 2. Dia memasuki kelas tersebut dengan alasan ingin melihat saja, karena mereka sesama kelas IPA mana mungkin saling menjatuhkan. Jadi HISI3PA 2 pun menerima dengan senyuman, tapi ternyata dugaan mereka salah, dia memasuki kelas mereka karena ingin melihat rencana yang akan dilakukan oleh HISI3PA 2. Dia hanya masuk sebentar, kemudian keluar lagi.
1 jam kemudian mereka (3 IPA 1) sudah siap dengan contoh sosok Pahlawan yang sama dengan HISI3PA 2, hanya saja bedanya pada kostum Perawat. Kalau HISI3PA 2 memakai kostum Perawat modern dengan setelan lengan panjang, dan celana panjang serta memakai kerudung, sedangkan 3 IPA 1 memakai kostum Perawat tempo dulu, yaitu setelan sepanjang lutut dan berlengan pendek. Untuk kostum Tentara hampir sama dengan sedikit perbedaan yaitu HISI3PA 2 membawa senjata berupa samurai yang diletakkan dibelakang punggung.
            30 menit kemudian, acara Fashion Showpun dimulai. Semua kelas tlah menyiapkan perwakilan masing-masing. Ada yang memakai kostum Ibu Kartini, Polisi, Tentara, Perawat dan lain-lain. Semuanya bergaya sesuai kostum yang digunakan. Semua bergaya layaknya para model. Sampai tiba giliran HISI3PA 2, sebenarnya mereka sudah tau apa yang akan terjadi. Semua orang pasti akan  tertawa jika melihat mereka. Ini sama saja mengulang apa yang terjadi satu tahun yang lalu. Hanya bedanya, kalau sekarang HISi3PA 2 memakai 2 orang wanita untuk dijadikan pasangan. Sedangkan setahun yang lalu, yang melakukannya adalah 3 IPS 3 yang memakai 2 orang laki-laki untuk menjadi pasangan. Sehingga mengundang tawa dari semua siswa yang menyaksikannya. Saat sesi pertanyaan juri, sebenarnya pertanyaan-pertanyaan itu dijawab dengan reflex, meskipun sudah tau apa pertanyaan yang akan ditanyakan. Tapi tetap saja, karena gugup jadinya jawabnya asal. Meskipun benar tapi tetap sukses membuat seluruh yang melihatnya tertawa.
Karena HISI3PA 2 itu punya satu tujuan, yaitu “Asalkan bisa bikin senang, nggak perduli mau ditertawakan semua orang sekalipun yang penting kami bahagia. Itu nggak akan jadi masalah.” Toh pada akhirnya, justru yang seperti inilah yang akan menjadi kenangan termanis yang tak terlupakan sepanjang masa.  “Jadi, takkan pernah menyesal karena ini terjadi, tapi malah bersyukur karena semua terjadi.”
Sekarang tiba waktunya untuk berjabat tangan dan mengucapkan terima kasih pada para juri. Saat Amanda menunduk untuk berjabat tangan dengan para juri, tanpa sengaja ujung pegangan samurainya mengenai salah satu juri sehingga sekali lagi, sukses mengundang tawa seluruh siswa yang menyaksikan.  Meskipun pada akhirnya HISI3PA 2 hanya mendapat Juara III, karena Juara II dimenangkan oleh 3 IPA 1. Tapi mereka sangat bersyukur, “Ini bukan soal kemenangannya, tapi ini soal kenangannya”.
***
Dua hari kemudian.
Tepatnya tanggal 18 Agustus adalah hari yang paling mendebarkan, karena hari ini adalah hari penilaian lomba Kebersihan. Di sinilah akan terjawab nantinya “Perjuangan penuh Emosi” itu. Saat tiba giliran HISI3PA 2, semua siswanya berkumpul di teras depan kelas yang telah diubah menjadi Lesehan yang berada di depan Taman. Semua duduk berjejer dan berhadapan, sambil bernyanyi bersama. Ada dua orang yang mengiringi lagu mereka dengan petikan gitar, yaitu Reza dan Arya. Mereka semua menyanyikan lagu “Bendera” milik Cokelat. Saat para juri hendak memasuki kelas, beliau sempat tersenyum pada mereka. Saat 3 juri itu memasuki kelas, barulah mereka mulai bernyanyi sampai juri-juri itu selesai dan keluar kelas dari kelas HISI3PA 2 dengan wajah sumringah dan tersenyum pada mereka semua. Setelah penilaian itu selesai, mereka tersenyum sambil bertepuk tangan serentak, berbahagia karena tlah selesai melalui “Ujian”. Dan sekarang  hanya menunggu hasilnya, yang akan diumumkan pada tanggal 24 Agustus nanti.
**
            Satu minggu kemudian. Tepatnya tanggal 24 Agustuspun tiba. Semua siswa gugup, karena hari ini adalah hari pengumuman pemenang lomba, termasuk HISI3PA 2, mereka juga sangat gugup.
            Saat Upacara Bendera selesai dan tiba giliran Pengumuman Pemenang Lomba dibacakan. Awalnya semua siswa ribut, tapi beberapa saat kemudian mereka semua diam karena ingin mendengar dengan seksama. Setiap kali para Juara disebutkan, semua pasti akan bertepuk tangan tanda menghargai satu sama lain. Dan beruntungnya HISI3PA 2 mendapat 5 kemenangan, salah satunya lomba kebersihan. Meski bukan semuanya Juara pertama, tapi itu cukup membuat siswa HISI3PA 2 sangat bahagia dan sangat bersyukur. 

5 kemenangan itu adalah : 

No
Jenis Lomba
Juara Yg diperoleh
1
2
3
4
5
Lomba Kebersihan
Lomba Volly Putri
Lomba Fashion Show
Lomba Tarik Tambang Putra
Lomba Balap Karung
II
II
III
I
I

Meskipun banyak cacian yang mereka dengar dibelakang. Tapi mereka nggak perduli dan mereka sangat bersyukur dengan kemenangan pada Lomba Kebersihan, karena itu artinya HISI3PA 2 tidak akan ribut dan memperpanjang masalah yang sudah ada dengan bertengkar.
            Karena masih suasana 17 Agustus dan baru selesai lomba, jadi masih ada Jam Pelajaran yang kosong. Ada yang duduk di luar, di dalam kelas dan ada juga yang berada di belakang kelas. Mereka yang berkumpul di dalam kelas sedang mengobrol sambil lalu tapi tetap pada satu pokok permasalahan. Ini bukan obrolan antar Genk, tapi ini hanya omongan orang-orang yang kebetulan ngumpul dan kebetulan akur.
“Alhamdulilah banget ya, kita bisa menang.” Kata Amanda membuka pembicaraan.
“Iya, apalagi Lomba Kebersihan. Siapa yang nyangka coba, kita bisa Juara II dan ngalahin 2 BAHASA yang punya PD selangit dan super yakin kalau mereka bisa mengekor kelas 2 BAHASA tahun lalu dengan Juara II lagi? Tapi hari ini keberuntungan sedang berpihak pada kita.” Tambah Sherly.
“Iya, bener tuh! Kalau nggak menang, bisa-bisa perang dunia ketiga nih!” kata Icha yang tiba-tiba bergabung dengan mereka.
“Astagfirullah hal azdim” kata Nia kaget.
“Iya, tapi Cha kamu itu bikin kaget tau.” timpal Vita, disertai anggukan mereka yang ada.
“Tapi kita beneran beruntung karena menang. Kan perjuangan kita jadi nggak sia-sia.” kata Sya-sya kemudian.
“Iya juga sih, kan masalah Rika sama Rava nggak akan diperpanjang.” Tambah Vino yang kebetulan ada di situ.
“”Bener tuh, lagian kita kan udah susah-susah, masa nggak menang sih!” kata Natasya dengan tersenyum.
“Yang jelas kita udah ngebuktiin kalau usaha kita itu nggak sia-sia dan malahan berbuah manis.” Kata Tania yang entah sejak kapan ikut bergabung.
“Iya, bener tuh!” jawab yang lain hampir bersamaan.
Kemudian mereka tertawa bersama.
***
Dua bulan kemudian.
Sejak kejadian itu, entah kenapa? HISI3PA 2 sering dinobatkan sebagai kelas paling bersih yang digelar setiap minggunya. Padahal mereka merasa kelas mereka itu biasa aja, malah kesannya kotor. Pernah suatu hari, kelas mereka benar-benar kotor. Itu dikarenakan semua yang piket hari itu pada belum bersih-bersih. Tapi, tidak disangka HISI3PA 2 dinobatkan sebagai kelas paling bersih untuk ke-3 kalinya. Tentu ini menimbulkan kecemburuan sosial, karena mereka mendengar dengan jelas bahwa kelas 3 IPA 1 mencaci mereka lewat bisik-bisik.
“Eh, emang kita beneran menang?” tanya Rava nggak percaya waktu mereka baru sampai di depan kelas sambil bawa Trophy.
“Iya nih, kayaknya Guru-guru pada salah sebut deh! Masa kelas kotor kayak gini bisa menang!” timpal Natasya.
“Mungkin yang dinilai itu, keadaan kelas selama seminggu kemarin bukan hari ini.” Jawab Vino, berusaha menjawab pertanyaan teman-temannya.
“Iya juga sih! Kalau yang dinilai hari ini, kita nggak mungkin menang!” kata Icha sambil tertawa seraya mengajak teman-temannya masuk. Kemudian masuk ke dalam kelas dan tertawa bersama.
            Sebenarnya bukan hanya itu kejadian mengejutkan. Karena setelah itu HISI3PA 2 juga sering menjadi Paduan Suara dadakan untuk Upacara Bendera yang rutin dilakukan setiap hari senin. Selama beberapa kali, semuanya berjalan lancar. Sampai pada suatu hari, HISI3PA 2 berlatih tidak serius dan sampai acara dimulai mereka masih tidak serius juga. Sampai-sampai waktu acara selesai, mereka nggak dibolehin masuk kelas dan mendapat ceramah panjang kali lebar dari Kepala Sekolah. Mereka diam saat itu, tapi waktu sudah berada di dalam kelas, huh jangan harap deh bisa tenang. Makanya kalau ada suasana tenang di dalam kelas, yang pasti itu bukan kelasnya HISI3PA 2. Sampai-sampai salah satu Guru Olahraga sempat bilang, “Kenapa sih? Nggak ada Guru yang mau masuk ke kelas IPA itu, padahal harusnya ada lebih banyak Guru yang mengajar, mereka kan sudah kelas 3”.
*
            Selain di dalam kelas, sangat sulit mengumpulkan para siswa HISI3PA 2 itu secara lengkap. Contohnya setiap kali ada kerja bakti atau diskusi kayak waktu Lomba 17 Agustus itu juga nggak semuanya bisa hadir. Tapi semuannya bisa berkumpul pada saat foto bersama untuk sebuah Album. Dengan susah payah mengumpulkan semuanya, eh setelah foto itu jadi, malah Albumnya batal dibuat. Pada foto itu seluruh siswa cewek memakai baju berwarna hitam dan siswa cowok memakai baju berwarna putih. Warna itu disepakati setelah HISI3PA 2 melakukan diskusi yang panjang. Tapi, siapa yang menyangka kalau warna yang mereka pilih itu ternyata merupakan firasat.
            Mereka belum menyadari semua itu, sampai tiba waktu pengumuman kelulusan. Hari yang paling mendebarkan. Karena hari itu menentukan “Perjuangan” mereka selama 3 tahun. Saat mengetahui bahwa ada 3 orang yang tidak lulus diantara mereka. Sebenarnya disatu sisi mereka sedih, tapi disisi lain mereka juga bahagia karena bisa lulus meski ada 3 teman mereka yang berduka. Jadi untuk menghormati mereka, hanya sebagian dari mereka yang melakukan konvoi.
            Sebenarnya dari sebelum ujian akhir itu dimulai, mereka sudah membuat rencana akan konvoi bersama saat pengumuman kelulusan. Mereka sudah sepakat tentang baju yang akan digunakan buat coret-coret untuk kenang-kenangan. Pokoknya mereka semua sudah sepakat, tapi kita semua tau “Manusia itu hanya bisa berencana dan Tuhanlah yang menentukan”.
            Saat itu mereka sadar, apa arti dibalik foto bersama itu. Karena setelah itu, 3 orang teman mereka yang gagal itu sudah tidak mau berdekatan dengan mereka dan malah terkesan menghindar. Mungkin HISI3PA 2 nggak pernah tau apa yang ada dalam pikiran mereka (3 orang itu), tapi bagi kami “HISI3PA 2 adalah kumpulan dari 35 orang siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 25 siswa perempuan. Dan sampai kapanpun HISI3PA 2 akan tetap seperti itu”. Kami beberapa kali mengadakan “Reuni”, tujuannya hanya satu “Berkumpul Bersama”, tapi sepertinya sangat sulit untuk dilakukan.
***


0 komentar:

Posting Komentar