13 juli 2008, hari pertama masuk sekolah setelah
kenaikan kelas. Hari ini Sherly menyambut hari dengan sangat gembira. Dia
keluar rumah dengan senyum sumringah di wajahnya, dia udah nggak sabar ingin
segera kembali ke sekolah karena udah kangen banget sama teman-temannya. 20
menit kemudian, dia sampai ke sekolah. Dia bertemu dengan teman-temannya yang
dirindukannya. Baginya 1 minggu libur rasanya seperti sebulan, tapi 1 hari
bertemu mereka rasanya seperti tlah bertemu selama seminggu. Di kelas yang diberi
nama HISI3PA 2 ini dia bersama teman-temannya berbagi pengalaman dan canda tawa
serta semangat untuk sama-sama menggapai mimpi dan asa. HISI3PA 2 ini bukan
tanpa arti, HISI3PA 2 itu adalah
singkatan dari HImpunan SIswa 3 IPA 2. Hari ini
pembagian tempat duduk di mulai, dan Sherly kebetulan udah punya tempat duduk
yang dicarikan oleh temannya bernama Risti. Mereka janji duduk bareng, tapi
ternyata Guru Wali Kelasnya meminta mereka untuk duduk bertiga, sehingga
terjadi perpecahan formasi. Setelah masing-masing mendapatkan tempat duduknya,
ternyata kebijakan itu dirubah lagi sehingga membuat seisi kelas itu sangat
ribut. Dan karena nggak ada yang mau duduk di depan pada line 2, satu masalah
terjadi. Natasya yang berada di luar, kontan masuk ke dalam sambil bentak-bentak
siapa yang seharusnya duduk di depan tapi nggak mau. Nggak terima dibentak
karena memang dia yang nggak mau duduk di depan, Sherly angkat tangan dan adu
mulut terjadi. Adu mulut itu nggak berlangsung lama, karena siswa yang lain
memisahkan mereka dan membawa Natasya keluar dari kelas, sementara Sherly tetap
berada di dalam. Entah apa yang mereka lakukan di luar sana yang jelas Sherly
sekarang sedang kesal. Karena dia berharap bisa bahagia dengan bertemu
teman-teman yang dirindukannya, tapi hasilnya malah berantakan semua mimpi yang
diharapkannya terjadi setelah 1 minggu libur itu.
Di kelas, siswa yang lain masih pada ribut. Ada
yang ngegosip sama genknya, ada yang cuma diam nulis-nulis, ada yang ketawa
sambil bercanda bareng teman-temannya. Maklumlah inikan hari pertama masuk
sekolah setelah libur. Begitu juga dengan Sherly yang masih kesal sama ulahnya
Natasya.
“Udah deh Sher, nggak usah dipikirin dia emang
kayak gitu kok!” kata Tania berusaha menenangkan.
“Bukan gitu, tapi aku kesal dia seenaknya ngatur
kelas, emangnya ini kelas punya dia” jawabnya kesal. Lagi-lagi Sherly
mendapatkan perlakuan nggak adil dari Natasya.
“Udah deh, mendingan kita ngebahas soal lain aja!
Dari pada ngurusin Natasya, pusing tau nggak? Nggak penting juga kan?” seru
Icha seraya bertanya. Dan yang lain hanya memberikannya jawaban dengan
menganggukkan kepala, termasuk Sherly. Kemudian mereka bercanda dan melepas
kangen dengan sesuatu yang menyenangkan tanpa peduli lagi dengan Natasya.
***
Sherly memang gadis yang punya latar belakang
keluarga yang nggak harmonis. Setiap hari orang tuanya selalu bertengkar.
Kadang ada perasaan dalam dirinya untuk pergi dari rumah, tapi kemudian hati
kecilnya berkata “Sherly, kamu masih
punya masa depan yang cerah, meskipun kamu masih berada di rumah ini.
Bersabarlah! Sebentar lagi kamu akan dapatkan kebebasan yang kamu inginkan.”
Tapi terkadang tetap saja rasa itu datang menghampirinya! Seperti yang sedang
terjadi hari ini, orang tuanya bertengkar lagi. Sherly berangkat ke sekolah dengan
perasaan sedih. Sesampainya di sekolah.
“Sher, kamu udah ngerjain Tugas Agama belum?”
Tanya Syanti.
“Tugas Agama” dia diam sebentar kemudian
melanjutkan seraya balik bertanya “udah kok, kenapa?”
“Pinjam dong, soalnya aku belum selesai!” jawab Syanti.
“Ya udah! Ini bukunya, tapi jangan lupa kembalikan
sama aku kalau udah selesai” kata Sherly mengingatkan.
“Beres” jawab Syanti singkat kemudian kembali ke
tempat duduknya seraya menyalin jawaban yang diberikan Sherly.
**
Jam istirahat sudah tiba, tapi Sherly tetap
tinggal di kelas. Hari ini dia nggak ikutan gabung sama teman yang lain seperti
yang sering dilakukannya. Dia memang dikenal lebih sering menyendiri,
kadang-kadang teman-temannya menyebutnya orang yang aneh. Tapi dia nggak pernah
peduli sama semua ucapan mereka, karena baginya semua perlakuan teman-temannya
hanyalah iseng belaka, khas kelakuan anak SMA. Itu karena dia menganggap mereka
sebagai keluarganya.
“Hey! Jangan ngelamun aja, ntar kesambet lho!”
sapa Excel sambil lalu yang berhasil membuyarkan lamunannya.
“Aku nggak melamun kok!” jawabnya seraya
tersenyum.
Jam pelajaran berikutnya dimulai. Suasana seperti
biasanya, bising. Maklumlah kelas ini adalah salah satu kelas paling bising di
sekolah, jadi semua guru udah bisa memakluminya. Pak Miko, guru mata pelajaran
Biologi sedang membagikan tugas untuk masing-masing kelompok. Semua siswa
sedang serius mengerjakan tugas, sampai akhirnya tiba waktunya untuk membahas
tugas tersebut. Ini adalah waktu yang paling ditunggu-tunggu oleh semua siswa
HISI3PA 2. Satu persatu kelompok mengemukakan pendapat mereka, dan
masing-masing kelompok mengemukakan bantahannya. Ini memang menjadi moment yang
asyik buat bercanda sekaligus adu prestasi, meski nggak jarang masalah ini
berlanjut sampai jam pelajaran berikutnya. Seperti yang sedang dibahas sama
genk Vita cs berikut ini.
“Eh, tau nggak, padahal jawaban yang dibilang sama
Natasya cs itu nggak sepenuhnya bener, tapi karena dianya aja yang pinter
ngomong, makanya pak Miko jadi respect sama mereka!” celetuk Ridha.
“Iya, padahal jawaban kita yang bener. Iya nggak
Vit?” tambah Aya seraya bertanya pada Vita.
“Iya sih! Tapi mau gimana lagi kalau pak Miko udah
ngomong kayak gitu? Apa mau dikata?” jawab Vita dalam pertanyaan.
“Tapi, ya udahlah biarin aja mereka, ntar juga
mereka kena batunya!” kata Rika.
“O iya, mendingan kita ke kantin yuk, udah jam
istirahatkan?” seru Sya-sya seraya mengajak teman-temannya.
“Iya sih, dari pada mikirin mereka terus, cape deh!”
jawab Vita sambil tertawa diikuti teman-teman genknya.
***
Dua minggu kemudian.
Berhubung sudah memasuki bulan agustus. Saatnya
lomba-lomba antar kelas untuk menyambut hari kemerdekaan digelar. Maka dari itu
seluruh siswa diminta mempersiapkan semuanya dengan teman sekelas
masing-masing. Karena akan ada banyak lomba, maka akan ada banyak tim. Waktu
persiapan hanya 2 minggu, maka semua siswa harus bergegas supaya kelas mereka
bisa memenangkan lomba. Seperti yang sedang dilakukan sama HISI3PA 2. Merekapun
membagi beberapa tim untuk lomba. Semua anggota kelas sudah setuju dengan
keputusan yang ada. Tapi justru disinilah sebuah masalah besar terjadi.
Vino
sang ketua kelas sedang berdiskusi dengan semua anggotanya.
“Gimana teman-teman, setuju nggak kalau sore ini
nggak pulang dulu buat ngerencanain keputusan kita yang kemarin?” Tanya Vino.
“Tapi aku ada acara, gimana Vin?” Tanya Renata.
“Gini ya teman-teman, kita harus bersiap-siap buat
lomba 2 minggu mendatang, waktu kita nggak banyak lho!” jelas Amanda.
“Ya udah, mendingan gini aja, siapa yang nggak
sibuk tetap tinggal di sini dan yang sibuk boleh pulang gimana?” tambah Vino.
“Aku setuju” kata Natasya disertai anggukan
teman-temannya.
“Kalau aku setuju aja sih, apapun buat kelas yang
penting masih masuk akal. Aku setuju!” kata Sherly, kali ini disertai oleh
anggukan seluruh anggota HISI3PA 2.
**
Sore
harinya, mereka berkumpul di dalam kelas. Mereka masih sibuk sendiri dengan
genk masing-masing sampai akhirnya Vino angkat bicara untuk memulai diskusi.
“Jadi gimana? Ada usul?” Tanyanya.
“O iya gimana sama uang buat beli peralatan?”
Tanya Rizky.
“Soal itu iuran kita Rp. 10.000,- buat beli
peralatan.” Jawab Rika.
“Kalau gitu semua yang akan dibeli udah ada
rinciannya?” Tanya Icha.
“Kan udah kemarin waktu diskusi kelompok.” Jawab
Amanda.
“Trus yang bertugas belanja siapa?” Tanya Natasya.
“Ok, gimana kalau sekarang aja kita menentukannya
sekalian mengulang kelompok?” tanya Vino pada semuanya.
“OK” jawab jawab semuanya serentak.
“Untuk yang pertama, lomba nyanyi : Vino sama
Syifa. Trus, untuk tarik tambang : Tika, Rena, Amanda, Wina, Natasya dan Alexa.
Untuk balap karung : aku sendiri sama Reza. Untuk futsal dan tarik tambang
putra : Vicky, Excel, Rava, Reza, Arya sama Dicky. Untuk Volly putra : Vino,
Rava, Dicky, Reza sama Arya. Untuk volly putri : Tika, Wina, Amanda, Alexa,
Syifa dan Natasya. Semua udah setuju kan?” tanya Rika setelah menyebutkan semua
tim yang akan diturunkan. Semua menggangguk tanda setuju. Kemudian Rika
melanjutkan, “O iya ada yang ketinggalan satu, untuk fashion show,Vita sama
Vino.”
“Maaf, tapi aku nggak bisa, aku tergabung dalam
paskibraka upacara 17 agustus nanti jadi aku harus latihan sama mereka,
karenanya nggak bisa ikut.” Jawab Vino dengan nada penyesalan seraya meminta
maaf.
“Ok, itu nanti aja kita pikirkan, buat perlengkapan
aku sendiri sama Sherly. O iya, Sherly kan nggak punya motor, jadi kita ganti
sama Silvia dan Renata. Gimana semua setuju kan?” kata Rika seraya bertanya.
“Kita sih setuju aja!” jawab Natasya.
“Kamu sendiri gimana Sher? Kamu setuju sama keputusan
ini.” tanya Amanda.
“Aku kan udah bilang, apapun yang terbaik buat
kelas aku pasti setuju.” Jawab Sherly sambil tersenyum dan disertai anggukan
setuju dari semua anggota HISI3PA 2 lainnya.
“Ok, kalau gitu mulai besok sampai 2 hari ke depan
kita akan membayar iuran sama Vita.” kata Rika kemudian.
“OK” jawab semuanya serentak.
“Kalau gitu semua boleh pulang karena diskusi kita
selesai, untuk yang berbelanja kita lanjutkan diskusi setelah uang terkumpul.
Terima kasih buat waktunya.” Kata Vino.
“Sama-sama” jawab semuanya, kemudian mereka
pulang.
***
Tiga hari kemudian.
Semua uang iuran sudah terkumpul. Kebetulan, hari
ini guru mata pelajaran fisika sedang ada urusan jadi tidak bisa mengajar.
Waktu ini dimanfaatkan oleh semua anggota HISI3PA 2 untuk mendiskusikan rencana
mereka.
“O iya teman-teman, gimana nih? Uangnya sudah
terkumpul semua, siapa yang akan membeli perlengkapan?” Tanya Vino pada mereka
semua.
Rika maju ke depan dan menyatakan kalau dia
bersedia untuk berbelanja karena besok hari minggu, dan dia memang mau
jalan-jalan sama cowoknya. Jadi sekalian “katanya”.
“Gimana kalau aku aja? Kebetulan besok aku mau
jalan-jalan sama cowok aku, jadi sekalian aja aku yang beli?” tawar Rika.
“Ya udah. Gimana semuanya? Setuju nggak?” Tanya
Vino lagi.
“Ya udah deh! Yang penting cepat belinya supaya
kita juga bisa cepat kerjanya.” Jawab Amanda.
“Ya, kita juga setuju. Ya kan teman-teman?” tambah
Natasya seraya bertanya pada yang lain.
“Ya” jawab semuanya serentak.
**
Pulang sekolah, Rika sama Vita masih tinggal di
kelas. Rika meminta uang yang mungkin nggak
seharusnya dia minta dan tanpa sepengetahuan ketua dan anggota HISI3PA 2
yang lain.
“Rika, ini ada uang Rp. 230.000,- kayaknya cukup
buat semua yang dibeli besok.” Kata Vita sambil menyerahkan uang.
“O iya, tambahin Rp. 20.000,- dong buat beli
bensin.” Jawab Rika.
“Ini uangnya” kata Vita seraya menyerahkan uang
yang diminta Rika.
“Ya udah kalau gitu, sampai ketemu hari senin ya?”
kata Rika.
“Ya udah” jawab Vita singkat. Kemudian keduanya pulang.
***
Senin pagi.
Rika sudah membawa semua belanjaan yang diperlukan
beserta bukti belanja. Tapi ternyata dia membeli semua barang tersebut di Mall
sehingga harganya melambung tinggi. Yang lebih mengecewakan adalah dia meminta
uang tambahan tanpa sepengetahuan siapapun. Ini nggak masuk akal, kenapa?
Karena dia bilang dia pergi bareng cowoknya trus buat apa minta uang tambahan.
Kan dia bilang “sekalian”. Makanya para anggota kelas pada protes, kenapa belinya
di Mall nggak di pasar. Dan ini sudah menjadi resiko bagi siapapun yang
berbelanja untuk mendapatkan kritikan dari seluruh anggota kelas.
“Hey, kenapa mesti belanja di Mall sih? Kan bisa
di pasar.” Kata Natasya dengan nada kesal.
“Nggak tau tuh anak, mana yang dibeli banyak
barang yang nggak terlalu penting lagi.” celetuk Tania menimpali.
“Yang kayak gitu di pasar juga ada dan harganya
lebih murah pula” tambah Icha.
Sherly yang kebetulan baru datang dan nggak tau
apa-apa, dengan barang yang sudah dibeli Rika, malah bingung mendengar ocehan
dari teman-temannya. Diapun kemudian bertanya pada Amanda, “Ada apaan sih Da?”
“Itu si Rika beli barang yang nggak penting.”
Jawab Amanda.
“Mana belinya di Mall lagi.” Tambah Rena.
“Serius belinya di Mall? Kok bisa?” tanya Sherly
kaget seraya menaruh tas di tempat duduknya.
“Kenapa kemarin nggak kamu aja yang beli?” tanya
Amanda.
“Kan yang nentuin waktu itu Rika, ya awalnya aku
emang dimasukin daftar anggota seksi perlengkapan, tapi kan udah diganti sama
Silvia dan Renata. Padahal kalau emang diminta aku akan usahakan, tapi kan aku
udah dicoret!” jawab Sherly. Sherly memang selalu jadi anggota anggota seksi
perlengkapan, karena rumahnya dia yang memang nggak jauh dari pasar. Tapi kali
ini namanya dicoret dari daftar cuma gara-gara dia nggak punya motor. Padahal
dia nggak pernah sedikitpun meminta uang tambahan untuk transportasi.
“Iya, tapi kan nggak ngaruh, meskipun kamu bukan
anggota seksi perlengkapan.” Kata Amanda.
“Sebenarnya kalau memang diminta, aku mau. Tapi
kemarin yang mau kan Rika. Kamu tau sendiri kan? Dia orangnya kaya gimana?”
jawab Sherly seraya bertanya.
“Iya juga sih! Sekarang mau gimana? Udah terlanjur
juga kan?” kata Natasya dalam pertanyaan.
Sementara mereka lagi asyik ngobrol, kebetulan
Vino lewat.
“Vino” panggil Icha.
“Ya, ada apa?” jawab Vino seraya bertanya.
“Jadi gimana? Kapan kita ngerjainnya? Waktu kita
nggak banyak lho.” Kata Icha.
“Ya udah, gimana kalau sore ini aja kita
ngerjainnya?” usul Amanda.
“OK” jawab Vino singkat.
*
“O iya, teman-teman. Gimana kalau sore ini kita
mulai mengerjakan dekorasi buat lomba kebersihan?” kata Vino memberikan
pengumuman seraya bertanya.
“Gimana kalau besok aja? Kayaknya kalau sore ini
pasti banyak yang nggak bisa. Lagian bahan buat dekorasi belum dibeli juga
kan?” usul Sherly memberi penolakan seraya bertanya.
“Kan bahannya bisa dibeli hari ini habis pulang
sekolah!” jawab Amanda.
“Kita kan belum ada yang ijin sama orang tua.
Lagian kalau belinya habis pulang sekolah, trus gimana sama yang lain, kan
mereka nggak ada kerjaan? Memangnya mau ke pasar semua? Mendingan besok aja,
kan semuanya pasti udah siap, jadi nggak buang-buang waktu.” kata Sherly
menjelaskan maksudnya.
“Ok, alasan bisa diterima. Gimana teman-teman
semua setuju sama usulnya Sherly?” kata Vino pada semua anggota kelas.
“Kalau aku setuju aja, soalnya kan kalau sore ini,
kesannya mendadak gitu. Jadi ya bener kata Sherly, besok aja.” Jawab Natasya.
“Trus, yang lain gimana?” tanya Vino lagi.
“Kalau kita sih nurut aja” jawab Tania, disertai
anggukan seluruh anggota kelas.
“Ya udah, kalau gitu semua udah sepakat kita
dekorasi kelasnya besok. Trus siapa yang beli bahan buat dekorasi?” tanya Vino.
“Sherly” jawab anggota kelas serentak.
“Kok aku sih, aku kan bukan anggota seksi
perlengkapan.” Jawab Sherly kaget.
“Gini aja, kamu mau atau nggak?” tanya Vino lagi.
“Kalau semua yang milih, ya udahlah aku mau.
Lagian sekalian pulang juga.” Jawab Sherly seraya tersenyum.
“Kalau gitu, semua udah bereskan. Udah nggak ada
masalah juga kan?” kata Vino meyakinkan. Semua menggeleng tanda tidak ada
masalah.
“Mendingan, sekarang kita duduk yang rapi. Karena
guru Matematika kita mau masuk tuh.” kata Vicky dari tempat duduknya seraya
menunjuk ke arah pintu.
“Oh iya” jawab Vino, diiringi tawa dari semuanya.
***
Besoknya.
Sore ini semua sudah berkumpul.
“Gimana Sher? Udah beli semuanya?” tanya Vita.
“Udah kok, Cuma ini kan?” jawab Sherly seraya
memperlihatkan barang yang dibelinya kemarin.
“Ya, udah lengkap semua kok!” jawab Vita seraya
tersenyum dan menganggukkan kepala pada teman-teman yang lain tanda semuanya
sudah lengkap.
*
Merekapun
mulai mengerjakan tugas mereka. Ada yang menyapu, membersihkan kaca, mengepel
lantai. Ada yang memotong-motong bahan dekorasi dan ada juga yang membuat
hiasan kecil untuk dekorasi. Semua dikerjakan berkelompok atau antar genk,
sebelum semuanya disatukan dan di pasang untuk mendekorasi kelas. Karena tema
HISI3PA 2 kali ini adalah Naturally, maka di halaman dan di dalam kelas dibuat
seasri mungkin, dan untuk teras menggunakan konsep lesehan. Jadi sebagian besar
dekorasi kelas dibuat berwarna hijau. Dan di ujung ruangan, terdapat sebuah
aquarium yang telah berubah menjadi sebuah miniature taman ditengah-tengah
hujan salju.
***
Satu minggu kemudian, semua dekorasi kelas hampir
selesai. Hanya saja dekorasi halaman yang belum selesai. Vino mengumumkan pada
seluruh siswa HISI3PA 2 untuk membawa masing-masing 1 pot tanaman hias, jika
tidak membawa akan dikenakan denda sebesar Rp. 10.000,-.
“Teman-teman, untuk menghias halaman kelas. Gimana
kalau kita masing-masing membawa 1 pot
tanaman hias? Setuju nggak?” Vino memberikan pengumuman.
“Kalau ada yang nggak bisa gimana?” tanya Nia.
“Kalau ada yang nggak bisa bawa, diharuskan
membayar Rp. 10.000,- untuk keperluan dekorasi dan keperluan kelas yang belum
lengkap.” jawab Vino seraya menjelaskan.
“Ok, kita semua setuju kok.” Jawab Amanda sebagai
perwakilan.
“O iya Vin, jangka waktunya berapa hari?” tanya
Risti.
“Sediakan dalam 2 hari, kalau dalam waktu yang
udah ditentukan ada yang nggak bawa, berarti dia harus membayar sesuai
perjanjian.” Jawab Vino lagi, dan mendapat anggukan setuju oleh semuanya.
*
Dua hari kemudian.
Semuanya masing-masing membawa 1 pot tanaman hias,
kecuali Vicky, Rava, Reza, Arya, Luffy, Rizky dan Sherly. Mereka semua
diwajibkan membayar sesuai perjanjian. Dan tentunya mereka punya alasan
sendiri, kenapa nggak membawa tanaman hias tersebut sampai waktu yang
ditentukan? Untuk laki-laki mungkin sudah jadi rahasia umum, kalau mereka lebih
memilih untuk membayar denda dari pada membawa tanaman hias tersebut. Tapi
sebenarnya alasan mereka adalah karena terlalu sibuk dan waktu yang diberikan
terlalu singkat. Begitupun dengan Sherly, dia lebih memilih untuk membayar
denda dari pada membawa tanaman hias tersebut karena di rumahnya memang tidak
ada tanaman hias, dan untuk menyediakan
itu dia tidak punya cukup waktu untuk melakukannya. Diapun mempertimbangkan
kesalahan yang pernah dilakukan Rika pada
saat membeli perlengkapan kelas. Kemudian dia memutuskan untuk membayar
denda saja, setidaknya bisa menutupi kekurangan uang kas kelas yang akan
dipakai untuk membeli kelengkapan kelas yang belum. Tapi kayaknya ada yang
tidak puas dengan keputusan yang telah disepakati bersama yaitu tentang denda
yang diberikan kepada siapa saja yang tidak membawa tanaman hias sesuai
perjanjian. Sehingga menjadi masalah yang menyebabkan keributan, dan masalah
ini diperparah dengan kejadian minggu lalu saat membeli perlengkapan. Dan
ditambah dengan fakta-fakta atas kejanggalan yang ada.
“Ini nggak adil tau nggak. Kenapa yang nggak
membawa tanaman hias cuma membayar Rp. 10.000,- aja, harusnya kan lebih dari itu?
Sebenarnya apa susahnya sih bawa tanaman 1 pot aja? Itu kan tugas yang gampang
banget.” Celetuk Rika pada siswa HISI3PA 2 yang ada di dalam kelas. Karena kebetulan mereka yang membayar
denda semuanya berada di luar kelas.
“Kalau buat kita sih itu adil banget! Dari pada
udah nggak bawa, nggak mau bayar pula, iyakan?” jawab Icha seraya bertanya.
“Iya Icha bener kok, lagian kan uangnya bisa buat
nambah uang kas kelas kita.” Tambah Ridha membenarkan.
“Kita kan juga harus menghormati keputusan yang
telah kita sepakati bersama.” Kata Alexa menambahkan.
“Kalau kamu emang nggak setuju sama keputusan itu!
Kenapa waktu diskusi kemarin kamu bilang setuju dan mengikuti semua keputusan
yang ada?” tanya Renata.
“Iya, aku setuju kan gara-gara kalian semua emang
banyak yang setuju. Kalau ngikutin votting, pendapat aku kan kalah sama
pendapat kalian.” Jawab Rika ketus.
“Jadi, kamu kan udah setuju? Sekarang apa
masalahnya? Mereka juga membayar sesuai kesepakatan kita bersama kok.” kata
Rena.
“Ya tetep aja itu rasanya nggak adil buat yang
bawa bunga. Kalau cuma di suruh membayar, semua juga mau membayar aja dari pada
repot-repot bawa tanaman hias.” Jawab Rika sengit.
“Udahlah, ngapain ngebahas itu? Mendingan kita
bantu-bantu di luar, dari pada nanti mereka pada dengar apa yang kamu omongin,
bakalan jadi masalah nanti.” Seru Tika.
“Biarin aja mereka dengar, biar mereka tau dimana
kesalahan mereka!” kata Rika tak peduli.
Tapi
tanpa mereka sadari, ternyata Angel masuk ke dalam kelas untuk mengambil
sesuatu dan tanpa sengaja mendengar percakapan mereka. Diapun keluar kelas dan
menemui mereka yang berada di belakang kelas dan memberi tahu apa yang sedang
terjadi. Dan kebetulan hampir semua siswa yang mereka omongin itu, ada di
tempat itu. Mereka yang sudah membayar denda jelas tersinggung dengan perkataan
Rika, karena mereka dianggap bersalah dan lari dari tanggung jawab yang
seharusnya mereka lakukan. Spontan Rava
marah dong, tapi untung saja teman-teman yang lain berhasil meredamkan
emosinya dan menghalanginya untuk masuk ke dalam kelas.
“Va, Rava! Nggak usah masuk, biarin aja dia. Kalau
kamu masuk masalah malah tambah parah.” kata Vita mencoba untuk menahannya.
“Iya Va, nanti masalahnya nggak selesai-selesai,
trus gimana sama kerjaan kita yang belum selesai.” tambah Sya-sya.
“Tapi, dia itu udah keterlaluan. Kita kan bayar
denda, kenapa masih protes sih?” seru Rava kesal seraya bertanya.
“Emangnya dia pikir aku takut, cuma gara-gara dia
cewek. Kalau memang ada masalah selesaikan baik-baik, jangan main belakang
kayak gini.” Tambahnya.
“Udahlah, dia kan emang slalu mau menang sendiri.
Semuanya terserah dia! Iya kan?” kata Vicky seraya bertanya meminta
persetujuan.
“Maka dari itu, kita nggak bisa tinggal diam.”
jawab Rava sengit.
“Sebenarnya dia itu udah banyak banget buat
masalah sama kita,!” kata Sya-sya tiba-tiba, dan sukses mengagetkan mereka yang
ada di tempat itu.
“Maksud kamu apa Sya?” tanya Reza, mengawikili
pertanyaan semua temannya yang bingung, kecuali Vita.
“Gini loh, waktu minggu lalu dia minta uang buat
beli perlengkapan. Dia minta uang tambahan buat
beli bensin “katanya”. Jawab Sya-sya dengan penuh penekanan pada kata
terakhirnya.
“Emang bener Vit?” tanya Sherly.
“Iya” jawab Vita singkat.
“Bukannya dia bilang mau pergi bareng cowoknya,
kok minta uang tambahan sih. Emangnya mereka pakai motornya Rika apa?” kata
Reza heran seraya bertanya sendiri.
“Itu nggak mungkin, emangnya dia minta berapa
Vit?” tanya Vino.
“Rp. 20.000,- kan dia yang minta jadi aku kasih.”
Jawab Vita.
“Rp. 20.000,- buat beli bensin? Itu nggak masuk
akal, banyak banget. Emangnya dia belinya dimana? Aku aja kemarin ambil tanaman
pulang-pergi, cuma pake bensin 1 liter nggak abis. Kan jaraknya kurang lebih tuh, mana dia pergi
sama cowoknya pula.” kata Dicky panjang lebar.
“Tuh kan, dia itu emang keterlaluan” kata Rava
marah.
“Iya sih. Tapi kita harus ingat sama misi awal
kita, jangan biarkan pengorbanan kita ini berbuah kegagalan. Maka dari itu,
kita harus lakukan yang terbaik buat kelas. Kita harus menang, jangan sampai
membuat kesalahan lagi. Karena itu akan sangat memalukan. Kalian nggak lupa kan,
kalau kelas kita itu iurannya paling banyak dari pada kelas tetangga, tapi
perlengkapan kita belum lengkap!” kata Vino dengan bijak seraya mengingatkan.
“Ok, ya udahlah. Mendingan kita ngerjain kerjaan
kita. Dari pada pusing ngebahas itu.” Kata Rava kemudian.
“Nah, gitu dong. Semangat!” kata Reza diiringi
tawa dari semua yang ada di tempat itu.
Kemudian mereka melanjutka pekerjaan mereka yang
belum selesai.
***
Lomba-lomba mulai digelar.
Tiba saatnya lomba nyanyi antar kelas digelar.
Semua siswa keluar kelas untuk mendukung perwakilannya. Tanpa terkecuali
HISI3PA 2, yang bergegas menuju ke lapangan di depan kantor Guru. Tapi sayang
semuanya nggak sesuai rencana. Mereka tidak membawa gitar listrik dan karena
ini adalah lomba, maka kelas yang lainpun tidak ada yang mau meminjamkannya
pada mereka. Tapi mereka tidak kehilangan akal, mereka meminta anggota HISI3PA
2 yang lain untuk ikut mengiringi mereka, meskipun dengan resiko kelas mereka
tidak akan menang dalam lomba kali ini. Tapi ternyata, sesuatu yang tidak
mereka inginkan terjadi di dalam kelas yang mereka tinggalkan. Karena pada saat
mereka kembali, Vita menemukan tasnya dalam terbuka dan setelah diperiksa
ternyata uang kas kelas mereka hilang. Mereka dibuat heran karena uang yang hilang
itu jumlahnya tidak banyak. Jumlahnya hanya Rp. 15.500,- sedangkan di kelas
yang sama sebenarnya terdapat uang yang lebih banyak lagi.
*
Besoknya, semua anggota HISI3PA 2 sibuk
membicarakan tentang kejadian aneh tersebut, sampai-sampai ada yang nanya sama
orang pintar segala. “Katanya” sich, soal itu nggak usah diributin lagi, uangnya
juga udah abis dan yang ngambil masih orang dari kelas yang sama.
“Eh semua” sapa Syifa mengalihkan semua perhatian
semua anggota kelas.
“Aku ada petunjuk nih, soal orang yang ngambil
sisa uang kas kelas kita yang jumlahnya nggak banyak itu.” Tambahnya.
“Emangnya apa petunjuknya?” tanya Natasya.
“Kemarin, kan aku ngedatangin orang pintar nanya
soal hilangnya uang kas itu, eh orang pintarnya bilang ‘masalah itu jangan diributin
lagi, soalnya uangnya juga udah abis’, gitu katanya” jawab Syifa.
“Maksud kita itu, petunjuk tentang siapa
pelakunya? Bukan masalah uangnya.” Protes Icha.
“Sabar dong, makanya orang ngomong itu
didengerin.” Jawab Syifa angkuh.
“Siapa coba yang bisa sabar, kalau ngomongya
berbelit-belit gitu? Udah deh langsung aja ke pokok permasalahannya.” Tambah
Rika.
“Udah deh, diam dulu. Syifa mendingan kamu to the
point aja deh, dari pada bikin kesal yang lain.” Kata Vino berusaha mencairkan
suasana yang mulai memanas.
“Ok, kalau gitu! Orang pintarnya bilang, ‘kalau
yang ngambil uang kas kelas kita itu ciri-cirinya adalah orangnya tinggi dan
rambutnya panjang sampai keluar dari kerudung, dan satu lagi dia satu kelas
sama kita.” kata Syifa angkuh.
“Kalau gitu hampir seluruh cewek kelas kita bisa
dijadiin tersangka dong.” cerocos Rena.
“Ya, nggak tau sih!” jawab Syifa santai.
“Udah deh, kayaknya itu nggak terlalu penting.
Mendingan kita nyiapin buat lomba besok deh. Dari pada nanti kelas kita kalah
lagi, hanya karena sesuatu yang nggak penting!” sela Vicky.
“Ok. Lagian uang yang hilang jumlahnya juga nggak
terlalu banyak, kayaknya kita masih bisa patungan lagi kalau uangnya memang
benar-benar diperlukan. Iya kan?” kata Vino mencoba menghentikan keributan dan
mengalihkan mereka untuk tetap fokus pada tujuan mereka, seraya bertanya untuk
meminta persetujuan dari yang lain.
“iya” jawab semuanya serentak.
“O iya, besok kita lomba apa sih?” tanya Vino.
“Besok kita lomba Basket sama Volly Putri.” Jawab
Amanda.
“Trus, Fashion Show sama Futsal kapan?” tanya Vino
lagi.
“Dua-duanya tanggal 16 Agustus.” Jawab Rika.
“Maaf ya, mulai besok aku udah harus latihan
bareng yang lain, jadi nggak bisa bantu kalian.” Kata Vino dengan sungkan.
“Udah nggak usah sungkan gitu kali, santai aja!”
jawab Vicky.
“Iya Vin, kita kan udah nyiapin semuanya. Jadi tenang aja, kita pasti bisa
menang kok. Iya kan teman-teman?” tambah Natasya seraya bertanya pada yang lain
untuk meyakinkan.
“Iya dong, pasti!” jawab Icha disertai anggukan dan
tertawa dari teman-teman yang lain.
**
Besoknya.
Semua kelas sudah siap untuk lomba yang diadakan
hari ini. Begitu juga dengan HISI3PA 2. Baik tim yang bertanding maupun tim
pendukungnya, semua mulai menuju lapangan. Semua bermain sportif. Sekarang tiba
giliran HISI3PA 2 yang berhadapan denga 3 IPS 2 dalam pertandingan Basket. Tim
pendukung HISI3PA 2 semua turun ke lapangan untuk mendukung timnya yang
bermain, kebetulan tim lawan tanpa pendukung. Tapi suasana mulai memanas saat
tim lawan mulai bermain tidak sportif.
“Hey, kalian curang. Harusnya kan wasitnya nggak
boleh dong dari 3 IPS juga, meskipun anggota Osis, tapi harusnya kalau main
yang sportif dong!” cerocos Rika.
“Iya tuh, mainnya juga nggak bener.” Tambah
Natasya.
“Kalian curang banget sich!” seru Angel.
“Iya, curang nih!” tambah yang lain serentak.
Suasana
semakin memanas sampai akhir pertandingan. Untung emosi mereka dapat sedikit
diredamkan, mengingat pertandingan ini bukan lomba terakhir yang harus mereka
hadapi. Walaupun kesal karena tim mereka kalah, yang seharusnya jika tim lawan
bermain sportif mereka bisa menang, meskipun dengan skor beda tipis.
***
Akhirnya tanggal 16 Agustus tiba.
Hari ini adalah hari terakhir lomba (sebelum
penilaian lomba kebersihan antar kelas). Hari ini diadakan lomba Futsal,
kemudian dilanjutkan dengan lomba Fashion Show. Sementara tim Futsal sedang
bertanding, para siswi HISI3PA 2 sedang mempersiapkan untuk lomba Fashion Show
nanti siang. Berhubung siswa laki-laki HISI3PA 2, jumlahnya sangat sedikit dan
hampir semua ikut serta dalam tim Futsal. Maka para siswi berusaha mencari akal
untuk menutupi kekurangan mereka. Akhirnya mereka menemukan akal, yaitu dengan
cara seorang wanita yang harus berperan sebagai laki-laki. Dan orang yang
dipilih adalah Amanda, dia dipilih untuk menggantikan Vino. Di sini pun,
ternyata mereka masih harus bersabar menghadapi “cobaan” yang diberikan melalui
siswa sesama 3 IPA, yaitu 3 IPA 1. Untuk acara Fashion Show ini HISI3PA 2 tlah
menyiapkan semuanya dari jauh-jauh hari. Mereka mengambil sosok Tentara dan
Perawat untuk tema Pahlawan di lomba Fashion Show kali ini. Dan pada saat yang
ditentukan mereka sudah siap dengan semuanya. Tapi ternyata tetangga mereka 3
IPA 1 yang awalnya berencana untuk
mencontoh sosok Pahlawan Wanita Indonesia yaitu Ibu Kartini, tiba-tiba merubah
rencana mereka setelah salah satu siswi mereka memasuki kelas HISI3PA 2. Dia
memasuki kelas tersebut dengan alasan ingin melihat saja, karena mereka sesama
kelas IPA mana mungkin saling menjatuhkan. Jadi HISI3PA 2 pun menerima dengan
senyuman, tapi ternyata dugaan mereka salah, dia memasuki kelas mereka karena ingin
melihat rencana yang akan dilakukan oleh HISI3PA 2. Dia hanya masuk sebentar,
kemudian keluar lagi.
1 jam kemudian mereka (3 IPA 1) sudah siap dengan
contoh sosok Pahlawan yang sama dengan HISI3PA 2, hanya saja bedanya pada
kostum Perawat. Kalau HISI3PA 2 memakai kostum Perawat modern dengan setelan
lengan panjang, dan celana panjang serta memakai kerudung, sedangkan 3 IPA 1
memakai kostum Perawat tempo dulu, yaitu setelan sepanjang lutut dan berlengan
pendek. Untuk kostum Tentara hampir sama dengan sedikit perbedaan yaitu HISI3PA
2 membawa senjata berupa samurai yang diletakkan dibelakang punggung.
30
menit kemudian, acara Fashion Showpun dimulai. Semua kelas tlah menyiapkan
perwakilan masing-masing. Ada yang memakai kostum Ibu Kartini, Polisi, Tentara,
Perawat dan lain-lain. Semuanya bergaya sesuai kostum yang digunakan. Semua
bergaya layaknya para model. Sampai tiba giliran HISI3PA 2, sebenarnya mereka
sudah tau apa yang akan terjadi. Semua orang pasti akan tertawa jika melihat mereka. Ini sama saja
mengulang apa yang terjadi satu tahun yang lalu. Hanya bedanya, kalau sekarang
HISi3PA 2 memakai 2 orang wanita untuk dijadikan pasangan. Sedangkan setahun
yang lalu, yang melakukannya adalah 3 IPS 3 yang memakai 2 orang laki-laki
untuk menjadi pasangan. Sehingga mengundang tawa dari semua siswa yang
menyaksikannya. Saat sesi pertanyaan juri, sebenarnya pertanyaan-pertanyaan itu
dijawab dengan reflex, meskipun sudah tau apa pertanyaan yang akan ditanyakan.
Tapi tetap saja, karena gugup jadinya jawabnya asal. Meskipun benar tapi tetap
sukses membuat seluruh yang melihatnya tertawa.
Karena HISI3PA 2 itu punya satu tujuan, yaitu “Asalkan bisa bikin senang, nggak perduli
mau ditertawakan semua orang sekalipun yang penting kami bahagia. Itu nggak
akan jadi masalah.” Toh pada akhirnya, justru yang seperti inilah yang akan
menjadi kenangan termanis yang tak terlupakan sepanjang masa. “Jadi,
takkan pernah menyesal karena ini terjadi, tapi malah bersyukur karena semua
terjadi.”
Sekarang tiba waktunya untuk berjabat tangan dan
mengucapkan terima kasih pada para juri. Saat Amanda menunduk untuk berjabat
tangan dengan para juri, tanpa sengaja ujung pegangan samurainya mengenai salah
satu juri sehingga sekali lagi, sukses mengundang tawa seluruh siswa yang
menyaksikan. Meskipun pada akhirnya
HISI3PA 2 hanya mendapat Juara III, karena Juara II dimenangkan oleh 3 IPA 1.
Tapi mereka sangat bersyukur, “Ini bukan
soal kemenangannya, tapi ini soal kenangannya”.
***
Dua hari kemudian.
Tepatnya tanggal 18 Agustus adalah hari yang
paling mendebarkan, karena hari ini adalah hari penilaian lomba Kebersihan. Di
sinilah akan terjawab nantinya “Perjuangan
penuh Emosi” itu. Saat tiba giliran HISI3PA 2, semua siswanya berkumpul di
teras depan kelas yang telah diubah menjadi Lesehan yang berada di depan Taman.
Semua duduk berjejer dan berhadapan, sambil bernyanyi bersama. Ada dua orang
yang mengiringi lagu mereka dengan petikan gitar, yaitu Reza dan Arya. Mereka
semua menyanyikan lagu “Bendera” milik Cokelat. Saat para juri hendak memasuki
kelas, beliau sempat tersenyum pada mereka. Saat 3 juri itu memasuki kelas,
barulah mereka mulai bernyanyi sampai juri-juri itu selesai dan keluar kelas
dari kelas HISI3PA 2 dengan wajah sumringah dan tersenyum pada mereka semua.
Setelah penilaian itu selesai, mereka tersenyum sambil bertepuk tangan
serentak, berbahagia karena tlah selesai melalui “Ujian”. Dan sekarang hanya
menunggu hasilnya, yang akan diumumkan pada tanggal 24 Agustus nanti.
**
Satu
minggu kemudian. Tepatnya tanggal 24 Agustuspun tiba. Semua siswa gugup, karena
hari ini adalah hari pengumuman pemenang lomba, termasuk HISI3PA 2, mereka juga
sangat gugup.
Saat
Upacara Bendera selesai dan tiba giliran Pengumuman Pemenang Lomba dibacakan.
Awalnya semua siswa ribut, tapi beberapa saat kemudian mereka semua diam karena
ingin mendengar dengan seksama. Setiap kali para Juara disebutkan, semua pasti
akan bertepuk tangan tanda menghargai satu sama lain. Dan beruntungnya HISI3PA
2 mendapat 5 kemenangan, salah satunya lomba kebersihan. Meski bukan semuanya
Juara pertama, tapi itu cukup membuat siswa HISI3PA 2 sangat bahagia dan sangat
bersyukur.
5 kemenangan itu adalah :
No
|
Jenis Lomba
|
Juara Yg diperoleh
|
1
2
3
4
5
|
Lomba
Kebersihan
Lomba
Volly Putri
Lomba
Fashion Show
Lomba
Tarik Tambang Putra
Lomba
Balap Karung
|
II
II
III
I
I
|
Meskipun banyak cacian yang mereka dengar dibelakang.
Tapi mereka nggak perduli dan mereka sangat bersyukur dengan kemenangan pada
Lomba Kebersihan, karena itu artinya HISI3PA 2 tidak akan ribut dan
memperpanjang masalah yang sudah ada dengan bertengkar.
Karena
masih suasana 17 Agustus dan baru selesai lomba, jadi masih ada Jam Pelajaran
yang kosong. Ada yang duduk di luar, di dalam kelas dan ada juga yang berada di
belakang kelas. Mereka yang berkumpul di dalam kelas sedang mengobrol sambil
lalu tapi tetap pada satu pokok permasalahan. Ini bukan obrolan antar Genk,
tapi ini hanya omongan orang-orang yang kebetulan ngumpul dan kebetulan akur.
“Alhamdulilah banget ya, kita bisa menang.” Kata
Amanda membuka pembicaraan.
“Iya, apalagi Lomba Kebersihan. Siapa yang nyangka
coba, kita bisa Juara II dan ngalahin 2 BAHASA yang punya PD selangit dan super
yakin kalau mereka bisa mengekor kelas 2 BAHASA tahun lalu dengan Juara II
lagi? Tapi hari ini keberuntungan sedang berpihak pada kita.” Tambah Sherly.
“Iya, bener tuh! Kalau nggak menang, bisa-bisa perang
dunia ketiga nih!” kata Icha yang tiba-tiba bergabung dengan mereka.
“Astagfirullah hal azdim” kata Nia kaget.
“Iya, tapi Cha kamu itu bikin kaget tau.” timpal
Vita, disertai anggukan mereka yang ada.
“Tapi kita beneran beruntung karena menang. Kan perjuangan
kita jadi nggak sia-sia.” kata Sya-sya kemudian.
“Iya juga sih, kan masalah Rika sama Rava nggak
akan diperpanjang.” Tambah Vino yang kebetulan ada di situ.
“”Bener tuh, lagian kita kan udah susah-susah,
masa nggak menang sih!” kata Natasya dengan tersenyum.
“Yang jelas kita udah ngebuktiin kalau usaha kita
itu nggak sia-sia dan malahan berbuah manis.” Kata Tania yang entah sejak kapan
ikut bergabung.
“Iya, bener tuh!” jawab yang lain hampir
bersamaan.
Kemudian mereka tertawa bersama.
***
Dua bulan kemudian.
Sejak kejadian itu, entah kenapa? HISI3PA 2 sering
dinobatkan sebagai kelas paling bersih yang digelar setiap minggunya. Padahal
mereka merasa kelas mereka itu biasa aja, malah kesannya kotor. Pernah suatu
hari, kelas mereka benar-benar kotor. Itu dikarenakan semua yang piket hari itu
pada belum bersih-bersih. Tapi, tidak disangka HISI3PA 2 dinobatkan sebagai
kelas paling bersih untuk ke-3 kalinya. Tentu ini menimbulkan kecemburuan
sosial, karena mereka mendengar dengan jelas bahwa kelas 3 IPA 1 mencaci mereka
lewat bisik-bisik.
“Eh, emang kita beneran menang?” tanya Rava nggak
percaya waktu mereka baru sampai di depan kelas sambil bawa Trophy.
“Iya nih, kayaknya Guru-guru pada salah sebut deh!
Masa kelas kotor kayak gini bisa menang!” timpal Natasya.
“Mungkin yang dinilai itu, keadaan kelas selama
seminggu kemarin bukan hari ini.” Jawab Vino, berusaha menjawab pertanyaan
teman-temannya.
“Iya juga sih! Kalau yang dinilai hari ini, kita
nggak mungkin menang!” kata Icha sambil tertawa seraya mengajak teman-temannya
masuk. Kemudian masuk ke dalam kelas dan tertawa bersama.
Sebenarnya
bukan hanya itu kejadian mengejutkan. Karena setelah itu HISI3PA 2 juga sering
menjadi Paduan Suara dadakan untuk Upacara Bendera yang rutin dilakukan setiap
hari senin. Selama beberapa kali, semuanya berjalan lancar. Sampai pada suatu
hari, HISI3PA 2 berlatih tidak serius dan sampai acara dimulai mereka masih
tidak serius juga. Sampai-sampai waktu acara selesai, mereka nggak dibolehin
masuk kelas dan mendapat ceramah panjang kali lebar dari Kepala Sekolah. Mereka
diam saat itu, tapi waktu sudah berada di dalam kelas, huh jangan harap deh
bisa tenang. Makanya kalau ada suasana tenang di dalam kelas, yang pasti itu
bukan kelasnya HISI3PA 2. Sampai-sampai salah satu Guru Olahraga sempat bilang,
“Kenapa sih? Nggak ada Guru yang mau
masuk ke kelas IPA itu, padahal harusnya ada lebih banyak Guru yang mengajar,
mereka kan sudah kelas 3”.
*
Selain
di dalam kelas, sangat sulit mengumpulkan para siswa HISI3PA 2 itu secara
lengkap. Contohnya setiap kali ada kerja bakti atau diskusi kayak waktu Lomba
17 Agustus itu juga nggak semuanya bisa hadir. Tapi semuannya bisa berkumpul
pada saat foto bersama untuk sebuah Album. Dengan susah payah mengumpulkan
semuanya, eh setelah foto itu jadi, malah Albumnya batal dibuat. Pada foto itu
seluruh siswa cewek memakai baju berwarna hitam dan siswa cowok memakai baju
berwarna putih. Warna itu disepakati setelah HISI3PA 2 melakukan diskusi yang
panjang. Tapi, siapa yang menyangka kalau warna yang mereka pilih itu ternyata
merupakan firasat.
Mereka
belum menyadari semua itu, sampai tiba waktu pengumuman kelulusan. Hari yang
paling mendebarkan. Karena hari itu menentukan “Perjuangan” mereka selama 3
tahun. Saat mengetahui bahwa ada 3 orang yang tidak lulus diantara mereka.
Sebenarnya disatu sisi mereka sedih, tapi disisi lain mereka juga bahagia
karena bisa lulus meski ada 3 teman mereka yang berduka. Jadi untuk menghormati
mereka, hanya sebagian dari mereka yang melakukan konvoi.
Sebenarnya
dari sebelum ujian akhir itu dimulai, mereka sudah membuat rencana akan konvoi
bersama saat pengumuman kelulusan. Mereka sudah sepakat tentang baju yang akan
digunakan buat coret-coret untuk kenang-kenangan. Pokoknya mereka semua sudah
sepakat, tapi kita semua tau “Manusia
itu hanya bisa berencana dan Tuhanlah yang menentukan”.
Saat
itu mereka sadar, apa arti dibalik foto bersama itu. Karena setelah itu, 3
orang teman mereka yang gagal itu sudah tidak mau berdekatan dengan mereka dan
malah terkesan menghindar. Mungkin HISI3PA 2 nggak pernah tau apa yang ada
dalam pikiran mereka (3 orang itu), tapi bagi kami “HISI3PA 2 adalah kumpulan dari 35 orang
siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 25 siswa perempuan. Dan sampai
kapanpun HISI3PA 2 akan tetap seperti itu”.
Kami beberapa kali mengadakan “Reuni”,
tujuannya hanya satu “Berkumpul Bersama”,
tapi sepertinya sangat sulit untuk dilakukan.
***
0 komentar:
Posting Komentar